MusikSeni

THE PARTICIPLES Vol.2: Musik nan Tak Takluk pada Pagebluk

Jangan takluk pada pagebluk. Rajinlah berkreasi, sekaligus melatih diri, supaya kau terus menghasilkan karya yang baik.

Itulah pesan optimistis yang dikumandangkan sekawanan musikus muda Bali yang bernaung di bawah label Pohon Tua Creatorium. Mereka unjuk aksi sekaligus meluncurkan lagu dan video musik anyar. Acara digelar di Rumah Sanur, Denpasar, pada Sabtu petang, 12 September. Tentunya dengan mengikuti protokol kesehatan.

Pohon Tua Creatorium (PTC) barangkali belum menggelegar secara global, dan sejatinya memang bukan menargetkan capaian muluk-muluk. Misinya cenderung bersahaja. PTC ingin memberi warna, menerangi, dan membuat kancah musik Indonesia makin indah.

Manuver paling mutakhir PTC – yang terdiri dari Pohon Tua, Gun, Ira, dan Bintang – adalah mendorong empat grup musik meluncurkan gubahan musik dan video. Mereka adalah Manja dengan lagu “Rise”, Soulfood lewat tembang “Ain’t No Money It’s Ok”, Soul & Kith dengan video musik “Sorrow”, serta Truedy Duality lewat video lirik “A Mad Deus Most Art”.

Genre musik yang ditawarkan puspawarna. Mulai dari atmospheric rock, Southern Gothic, rancak Motown & misedukasi-Lauryn Hill hingga art punk Moksartham Jagadhita. Solah-olah PTC ingin mengabarkan bahwa dunia musik di Bali bukan monokrom. Bali tak cuma punya Superman Is Dead, Navicula, dan The Hydrant. Musik di Bali tidak sebatas punk, grunge, dan rockabilly.

Meski industri musik sedang lesu dihajar pagebluk, PTC tetap bersikeras melepas karya ke publik. Mereka tak mau menunggu.

“Orientasi tiap seniman pasti berbeda. Industri lesu atau gak lesu, bagiku kreasi gak harus ikut lesu,” ujar Pohon Tua, dedengkot PTC. “Mereka band muda dan baru terjun di industri. Bedanya, mereka mulai di saat industri musik lagi gak asyik. Tapi seniman bukannya harus bisa kreasi di mana pun dalam kondisi apa pun?”

Sang produser yakin, para pemusik muda itu akan lebih siap dari siapa pun saat pandemi selesai. Menunggu adalah pekerjaan yang tak pasti, tapi berkreasi adalah mutlak.

“Duit dan menjadi tenar itu komplemen, bonus. Yang penting jangan tambah ‘sampah’ di industri yang sudah lesu,” imbuhnya kalem.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *