SUNGAI SUNDUAI | puisi Lukman A Salendra
nur die Leute von Papua, die Papuas sich ändern kann* -Keijne Aku lihat laut ombak tidak istirahat bahkan balau Gelombang-gelombang nyata partikel-partikel air bergerak ke depan ke belakang timbul tenggelam menyapu permukaan Ilusi optis tercipta berpola Aku lihat kota emas jelas cahayanya tumbuhkan batang-batang padi dalam imaji laut bergelombang ditiup angin penuh kelembutan Burung camar istirahat di atas ombak laut ingin tepat burung itu tetap di tempat sekalipun ombak menggulung silih berganti Ini bukan pekik percobaan kejadian! Aku lihat sebuah ramalan gawat arus kemajuan berserikat menjadi alat ukur sebuah alur antara datang dan asal dalam adab Papua Gelombang maju atau gelombang mundur Aku rasa berkah pencapaian antara zona istirah ke zona pasrah pekabaran injil dan pantai pasti (Kata Keijne: Di atas batu ini, aku meletakan peradaban orang Papua. Sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan makrifat, tetapi tidak dapat memimpin bangsa ini, bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri ) In, 2015-2021 * hanya orang Papua yang dapat mengubah orang Papua sendiri Sungai Sunduai Orang-orang kumpul mandikan dirinya masing-masing di sungai yang dulu bawa kabar duka Anak-anak ceria bermain air disaksikan gunung dan pohon-pohon lindung Suara burung Cendrawasih terdengar Tugu peringatan banjir dibikin asal jadi Mama, sedang apa adik si keriting manis yang di balik tumpukan batu seperti kepiting menangis? Aku rindu bermain di antara deretan pinang dan ketela Orang-orang mandikan dukanya bercak luka-luka hanyut ke laut teluk Mungkin si hiu macan itu bakal menyantap di pulau Roon sana ketika sunyi wisata nonton jejak anak-anak Wondama In, 2015-2021
Lukman A Salendra (Lukman A Sya), lahir di Sukabumi Jawa Barat, 01 November 1976. Ketua Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) Universitas Pendidikan Indonesia Periode 1997-1998. Sering mengadakan lawatan jurnalistik ke Indonesia bagian Timur.
Gambar Utama: Foto Asso Myron di Unsplash