Puisi DEREK WALCOTT
Kisah-kisah dari Kepulauan
BAGIAN I sungai doree… Jalanan marl putih, Doree meriak tenang Menerobos kerongkongan pohon-pohon cedar hijau, bagai bunyi Suara-suara upik dari Sekolah Misi, Seperti dedaunan menyerupai lautan sayup dalam benak; di sini, Choiseoul. Katedral batu bergaung seolah sumur, Atau gua laut karam, terpenggal dalam pasir. Meluncuri Via Dolorosa kucoba menahan Gigil daging kenanganku saat kutemui Sosok Santa Teresa dalam sarang cahayanya; Gaun perunggu menggelepar, tangan yang tengadah, Sang malaikat, menegak cagak, membelah dadanya. Ajari filosofi kami nyali buat menggapai Ke atas pusar; tubuh-tubuh legam, basah cahaya, Berguling dalam debur sewaktu kususuri pesisir. BAGIAN II ‘Bahwa darah tak murni…’ Cosimo de Chretien mengelola rumah kos Seperti keinginan ibunya. No. 13. Jalan St. Louis. Rumah itu memiliki pelataran berpagar, Seekor kakaktua, toko barang antik tempat kau Menyaksikan boneka-boneka berkulit hitam dan perahu Prancis kuno Terjangkar dalam kaca. Di lantai atas, pedang keluarga, Ikon berkarat sebuah ras yang telah punah, Seolah nenek-moyang malaikat yang menjaga kehormatan tempat itu, Mengingatkan tuan botak agar teguh memegang janji Takkan pernah menjerumuskan anak-cucu ke jurang nista. Waktu yang memangsa, yang memajalkan cakar-cakar Naga, Menjaga Cosimo, penguasa benda antik suci-murni, Demi Mama, demi minyak rambut, dan permainan kartu; Mengintai liuk tragisnya dari serambi. BAGIAN III perempuan yang terpuruk… Nona Rossignol tinggal di panti jompo Untuk para perempuan Katolik Roma; kulitnya putih, Dan di bawah kulit itu, tulang-tulang antik yang kuat; Dia terbang bagai kalong untuk berdoa setiap senja, Magdalena hidup dari Donatello: Dan oleng bagaikan botol saat merayap Dengan kaki pincangnya untuk menyantap jatah susu pagi hari, Terbungkus selendang hitam bersemat bros-bros karatan. Ibuku memperingatkan kami bagaimana daging itu mengenal sutra Mengejar kebun hijau dalam kereta bersepuh emas. Sementara Nona Rossignol, di loteng katedral, Bernyanyi untuk anak satu-satunya yang telah mati, santo compang-camping Yang martabatnya menghabisi kecantikan nenek sihir ini Yang dulu sungguh sempurna, yang kedua belah tangannya begitu mulus.
Diterjemahkan oleh Arif Bagus Prasetyo
Derek Walcott (1930-2017) adalah penyair dan dramawan dari Saint Lucia. Penerima Hadiah Nobel Sastra 1992.