Pohon Mimpi | puisi-puisi Vito Prasetyo
Tanah Rantau gejolak ini seperti lahar bisu diam, meramu murka di seberang sana mata menatap tajam mendayung biduk, merindu tanah rantau biarkan cahaya terbawa angin memapas jarak waktu sebab, sedekat mata memandang rembulan tak pernah menghampiri pernahkah langit mengerti tatapanku menyimpan rindu wajah “mak” menjelma selembar daun lisannya adalah doa tertunda duduk di pelaminan ranting dan dahan setiap nafas bersimpuh gelisah di pucuk bunga lamat-lamat bayangannya merajam mataku dan malam berkeluh-kesah menadah isak tangis di cawan tidurku adalah labirin di tepi dermaga menghitung waktu, sesakkan dada memungut bayangan wajah “mak” seakan putaran zikir yang menghimpun datangnya rindu mungkin senantiasa ditelan kabut di antara cengkerama halimun sungguh, berulang kali angin merobek-robek dihentak cahaya, langit seakan makin murka tubuhku luluh-lantak menjadi kepingan puisi tak terbaca tanah rantau hanya sepanjang jarak waktu pun berkemas diri sebab rindu ini hanya cerita tentang tanah ibu Malang, 2022 Langit Adalah Puisi terkadang tak perlu kata-kata terucap sebab kata telah berkebat makna seperti angin yang tak berwujud senantiasa beranjak kesana-kemari mengudar bimbang simpulkan rindu andai langit adalah puisi sinarnya bagai bait-bait tertulis menikam ceracau gelisah di pelepah hidup yang tuntaskan rasa rindu Malang, 2022 Tempat Cemas biarkanlah dunia ini memberi pilihan bagi sesatnya mata kita hingga suatu saat kelak angin membisikkan alasannya mengapa laut selalu berombak mengapa langit, sejak diciptakan tetap membiru kenapa harus ada hitam dan putih adalah kita, seperti sebuah sajak tak pernah puas dengan sebuah kata senantiasa mengembara mencari kebenaran meski dunia ini, tempatnya segala cemas Malang, 2022 Pohon Mimpi andai gelap malam masih menyisakan serpihan cahaya untuk sajakku akan kutanam bunga rindu untukmu dimana engkau bisa memetiknya di pohon mimpimu seribu tahun, sayap sajakku telah patah meski cahaya berkubang aksara langkahku tertatih di ringkih waktu terempas di bait-bait duka mengiris ingatanku tentang diksi wajahmu kini, aroma bungamu kembali menusuk mengalir bagai sinar kekal di pertemuan baru, memisahkan gelisah dan rindu hingga sajakku melesap mencumbu awan di kaki langit sebab menerka arah angin begitu sulit seperti menerka gelisah dan rindu sajakku luruh dalam kepedihan luka seperti biduk mengarungi ombak engkau adalah angin yang merapal kesederhanaan aksara cinta dan menyudahi semua riak pada pohon-pohon mimpimu Malang, 2022 Di Sudut Ingatan dingin membekap udara mengalir pucatkan tulang kakiku seakan kehilangan makna menelungkup jatuh menjelma serupa sederet abjad bisu satu-dua nafas mengejar, timbul tenggelam merangkai komposisi kata masihkah rak ingatan ini bersorak gempita, mengiang puisi di selembar tidur atau mungkin tak akan menyapa hari esok di mulut-mulut runcing yang merancap sinar matahari akan sampai di puncak kegelisahan menggelar kehinaan diri bersujud di lereng-lereng tirakat memahat doa dari pudarnya kebersihan mata hati biarkan terbekap sunyi hingga mata kita kian samar membaca cinta aku ingin puisi-puisi ini membakar malam bergegas diri di genggaman zikir melarung kalimat sakral, dengan komat-kamit yang makin membuat puisi kian kabur maknanya selain mengingat : kullu nafsin dzaiqotul maut langit terasa menjepit serumpun rahim maut berjalan melebihi waktu membebaskan penantian, yang tak pernah kekal menggilas ingatanku sedalam telapak sujud jiwaku berlari, entah kemana mengais sudut-sudut peradaban melukis pikiran di bias angan hingga tradisi berubah makna entah, apa bedanya antara diam dan menjemput impian sama-sama pikiranku beranjak Malang, 2022

VITO PRASETYO, dilahirkan di Makassar, 24 Februari 1964. Agama: Islam. Bertempat tinggal di Kab. Malang. Pernah kuliah di IKIP Makassar. Bergiat di penulisan sastra sejak 1983, dan peminat budaya. Naskah Opini dan Sastra (Cerpen, Puisi, Esai, Resensi), Artikel Pendidikan & Bahasa telah dimuat media cetak lokal, nasional, dan Malaysia, antara lain: Koran TEMPO – Harian Media Indonesia (Jakarta) – Harian Pikiran Rakyat (Bandung). Buku Antologi Puisi: “Jejak Kenangan” terbitan Rose Book (2015)),“Tinta Langit” terbitan Rose Book (2015) – “2 September” terbitan Rose Book (2015) dll. Termaktub dalam Buku ‘APA DAN SIAPA PENYAIR INDONESIA” (tahun 2017). Juara 1 Lomba Cipta Puisi Tema “Patah Hati” Tingkat Nasional Tahun 2020 (Writerpreneur Academy). Juara 3 Lomba Cipta Puisi Tema “Asmara” Tingkat Nasional tahun 2021 (Writerpreneur Academy). Nominasi Puisi Anugerah Sastra Litera Tahun 2021. Puisi Terbaik Lomba Cipta Puisi Tema Ramadan Tahun 2022 (Negerikertas.com). Juara 2 Lomba Cipta Puisi Tema Kartini Tahun 2022 (Teroka Tempo).