PerempuanRupaSeni

PERUPA PEREMPUAN BALI KINI

Berkat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, terutama internet, kini perupa perempuan di Bali dapat segera mengetahui, mempelajari, bahkan terlibat dengan berbagai arus perkembangan seni rupa di seluruh penjuru dunia. Hasilnya, belakangan ini muncul tanda-tanda menggembirakan tentang kebangkitan perupa perempuan di Bali.

Citra Sasmita, Natisa Jones dan Wai Santy mewakili generasi mutakhir perupa perempuan di Bali yang karya-karyanya memberikan darah baru yang segar pada perkembangan seni rupa Bali kontemporer. Mereka tidak mengembangkan gagasan maupun bahasa visual yang dapat disebut mengejar citarasa “kebalian”. Bukan mengusung Bali ke dunia luar, mereka cenderung membawa dunia luar ke Bali. Mereka memosisikan diri sebagai bagian dari arus globalisasi yang menghapuskan sekat-sekat kultural dan geografis.

citra_sasmita
Citra Sasmita

Citra Sasmita adalah perupa Bali yang lahir di Tabanan pada 1990. Ia belajar seni rupa secara otodidak sejak kecil. Karya-karyanya telah ditampilkan dalam berbagai pameran sejak 2012. Ia menyabet penghargaan bergengsi Gold Award Winner dalam kompetisi seni lukis UOB Painting of the Year 2017 kategori seniman profesional.

Dalam karya-karyanya, Citra menjelajahi persoalan identitas dan isu sosial. Ia terutama banyak mengaitkan persoalan identitas dengan seksualitas, untuk menguak kontradiksi antara tubuh personal dan tubuh sosial. “Saya sedang mempertanyakan seksualitas Timur yang secara konsep intelektual memberikan suatu kebijaksanaan, namun dalam sikap mental masyarakat tidak mencerminkan itu sama sekali,” kata Citra.

natisa_jones
Natisa Jones

Natisa Jones lahir di Jakarta pada 1989, tapi tinggal di Bali sejak masih kanak-kanak. Ia meraih International Baccalaureate Diploma dari Prem Tinsulanonda International School di Chiang Mai, Thailand, dan menyandang gelar Bachelor of Fine Arts Painting dari Royal Melbourne Institute of Technology di Melbourne, Australia. Natisa sempat bekerja di Jakarta sebagai perancang grafis dan ilustrator freelance untuk berbagai klien komersial. Merasa tidak menemukan kepuasan batin di dunia komersial, ia memutuskan untuk serius mengembangkan bakat melukisnya dan berkarier sebagai perupa. Sejak 2005, Natisa telah menampilkan karyanya dalam berbagai pameran seni rupa di dalam dan luar negeri.

Dengan memadukan spontanitas ekspresi dan kekuatan garis sketsa dalam karya-karyanya, Natisa menjelajahi aneka gagasan tentang “diri” lewat narasi-narasi yang dipetik dari pengalaman hidupnya sehari-hari. Lukisan-lukisannya banyak menyoroti tubuh manusia dari perspektif yang cenderung menjauhi kesempurnaan.

wai_santy
Wai Santy

Wai Santy lahir di Jakarta, tumbuh di Medan, dan pernah tinggal di Jakarta. Ia memperoleh Bachelor of Arts in Visual Communication Design dari Bina Nusantara University Jakarta, Diploma in Fashion Study dari ESMOD Jakarta, dan Master in Business Management dari Bina Nusantara Business School Jakarta. Sebelum bermukim di Bali dan menekuni seni lukis, ia bekerja lebih dari sebelas tahun sebagai art director di bidang periklanan dan berbagai brand fashion di Jakarta dan Bali. Wai telah menampilkan karyanya dalam sejumlah pameran di Indonesia dan Belanda sejak 2004.

Minat Wai terhadap subjek manusia dituangkan dalam lukisan-lukisan cat minyak yang gayanya menampakkan pengaruh kuat tradisi seni lukis klasik Eropa. Selain berasal dari mentornya, pelukis Noella Roos, pengaruh tersebut bersumber dari kekaguman Wai kepada para pelukis master Eropa, terutama Rembrandt.

Meskipun bersikap sangat terbuka terhadap pengaruh dari segala penjuru, Citra, Natisa maupun Wai tetap mengakui bahwa Bali memberikan pengaruh penting dalam penciptaan karya seni mereka. Sebagai perupa, ketiganya “lahir” di Bali, dari rahim Dewi Saraswati. Mereka adalah putri-putri sang dewi pada abad ke-21.

*Gambar utama: “Metamorphosis” karya Citra Sasmita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *