RupaSeni

PERSONALITY: Cermin Kepribadian Zolalongor

Suatu hari, karakter BURUNG tercipta. Matanya tak ada, bentuknya aneh, tapi tubuhnya kuat seperti raja angkasa. Setelahnya aku tersadar, karakter itu tercipta atas harapan dan ambisi. Aku rasa aku tidak bisa terbang setinggi itu. Terlalu ambisius. Maka aku ciptakan karakter IKAN. Cantik, beradaptasi dengan baik, tenang. Lagi-lagi aku harus beralih pada karakter lain. Aku tak cukup berani berenang, apalagi menyelam. Apakah takut akan tenggelam merupakan kesalahan? Hingga kini aku percaya pada karakter ULAR. Tangguh, cerdik, misterius. Tak ada yang tahu apa yang ada di balik warna pastel. Hidup mesti tetap berjalan. Dalam hening atau bingar.

Begitu ungkap Zola Bari Permana, perupa muda yang lebih dikenal dengan nama Zolalongor, tentang figur binatang dalam karya-karyanya.

Zolalongor menggelar pameran tunggal bertajuk Personality pada 14 – 28 Februari di Creative Space Wantilan Uma Seminyak, Seminyak, Bali. Situasi sulit di tengah pandemi tidak menyurutkan semangat Zola untuk berbagai senyum dan menebar kebahagiaan lewat karya-karyanya yang penuh warna dan bersuasana ceria.

Zola adalah perupa dan ilustrator lulusan Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Denpasar. Karya-karyanya berciri dekoratif, menampilkan figur-figur binatang seperti ular, burung, dan ikan, yang digambarkan secara lucu dan menggemaskan. Selama ini, karya-karya Zola mudah ditemui dalam mural di beberapa dinding kota Denpasar dan produk merchandise buatannya sendiri berupa pakaian maupun barang keperluan sehari-hari.

Penjelajahan figur binatang bermula saat Zola duduk di bangku kuliah. Figur ular, khususnya, bermakna penting bagi Zola sebagai cerminan kepribadiannya. Pengetahuan umum menyatakan ular terlihat jahat, namun sebenarnya lembut. Ular memiliki kemampuan tinggi dalam bertahan hidup, harus menyembuhkan dirinya sendiri dengan mengganti kulitnya, dan suka berjemur saat matahari datang karena berdarah dingin.

Semua itu merupakan hal-hal yang Zola rasakan sebagai seorang introver. Dia selalu menyendiri berkarya di kamarnya yang juga studionya, tetapi senang menikmati sinar matahari di pantai, serta menggambar mural bersama kawan-kawannya. Pengalaman harus bertahan sebagai freelancer kadang-kadang juga mengharuskannya puasa makan.

Penulis seni rupa Savitri Sastrawan mencatat, ular dalam karya-karya Zola pada 2020 malah menjadi siluet saja. “Seperti bayangan, ia sedang bersembunyi di antara bunga-bunga yang mekar. Ini menjadi cerminan perubahan di tahun itu, adanya rasa yang seperti hilang namun kobar semangat tidak boleh hilang. Sehingga berkembanglah bunga ala goresan Zola, yang menjadi bentuk baru dalam berkaryanya, serta memberikan sebuah harapan baru untuk ke depannya,” ujarnya.

Pada 2021, Zola merambah ke berbagai hal dan beragam medium. Ia mendefinisikan kembali goresannya ke dalam hal baru, namun uniknya bisa jadi suatu keseharian untuk kita.

“Zola memberikan kesempatan kepada kita untuk menelusuri ekspresi bentuk binatang serta tumbuhan dalam warna yang kian unik pada situasi interior galeri yang didobrak menjadi ruang kerja Zola yang konon introver itu. Dengan goresan tangannya yang sungguh tanpa ragu, sepertinya karya-karya yang penuh cerminan kepribadian Zola ini dapat memikat perhatian siapa pun, bahkan menjadi cerminan bagi kita sendiri di masa yang unik ini,” komentar Savitri.

Personality merupakan ekspresi diri Zola sebagai seniman introver yang menikmati berkarya di dalam studionya, dan upayanya bertahan hidup.  Pameran ini merupakan kumpulan refleksi rasa campur aduk yang dirasakan Zola pada tahun 2020. Sebuah representasi rasa senang, kecewa, bersyukur, juga khawatir.

Melalui pameran ini, Zola ingin menyuguhkan transformasi karakter karyanya agar memberikan suasana sentimen pahit, tetapi hangat. Harapannya, publik bisa ikut merasakan dan merefleksikan perasaan personalnya melalui karya-karyanya. Atau, setidaknya, pengunjung bisa tersenyum bahagia melihat karyanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *