Perjodohan

Puisi-Puisi ILDA KARWAYU

perjodohan (1)
 
remah roti di bibirnya tahu akan ada percakapan
semanis obat batuk. sinar matanya menembus
ruang hatiku. debu-debu terbang malu-malu
 
2020
 

 
perjodohan (2)
 
di sini, nyaris kering air mata. terhisap mendung
yang berusaha membaca bola-bola mata ini
segelas sirup melon nampak cukup mendorong
kalimat-kalimat penolakan kembali jatuh ke hati
 
sekotak kue mentega rupanya tiada cukup
menyumpal mulut-mulut tetangga. kini,
di mana ruang kedap emosi akan dibangun?
 
tidakkah hujan kapurbarus mulai tercium dari
kamar tidur?
 
2020
 
 

  
merayu
 
dari bibir ruang tafsir
tanda baca melompat
ke daundaun telinga
membentuk rasi bintang
 
merah
semerah tetes burgundy
pada bibir kekasih
 
hangat bahasa, bisakah terjaga?
 
2020
 
 

  
istri
 
bilamana uap-uap mengepul
dari hatimu, mari berbaring
 
di atas seprai aku letakkan
sepatu kaca, dan gaun sutera
 
sebab minggu kau pasarmalam
sisanya,              kau adalah rumah
 
2020
 

  
suatu malam di penginapan tepi pantai
 
tubuhku membaca peta percintaan tetangga
di luar, tubuh ombak kaku membeku.   sebab
bulan tiada muncul meski malam bersih. hanya
sejuput bintang bertaburan seperti meises ceres
 
mungkin di sebelah, bulan telah jadi hidangan
penutup. sebelum bell boy mengetuk pintu
sebelum salah satu dari mereka memasang
kembali cincin kawin
 
2020
 

 
mengenal evolusi
 
setelah menjabat tangannya erat
kubaca kembali petunjuk bertahanhidup
kemudian, menyunting sudutpandang :
mestilah ia bersandar pada pedoman yang
selamat                          tiba di menara gading
—lolos dari terkaman takhayul
 
ini bisa jadi
reinkarnasi diri
untuk jadi diri sendiri
 
2020

 
membaca kitab suci
 
peta di tangan ini seperti
dekonstruksi jalan pikiran
 
Lilith berenang dalam jantung
asyik berpindah dari bilik ke bilik.
 
2020
 

 
BPD
 
pada surat diagnosa
tercatat sebuah grafik
tentang lempengan emosi
yang mudah bertabrakan
 
pergesekan lempeng membentuk
gunung-gunung asumsi,     yang
sewaktu-waktu akan meletus
semburkan caci maki
 
2020
 

 PTSD (3)
 
lama telah punah kunang-kunang musim panas
bola-bola mata pun telah lama kehilangan pupil
gelap membawanya pergi. membawa mereka pergi
 
kini, di sini, memunguti butir-butir pengetahuan
dari balik layar komputer—memeramnya hingga
menetas di kepala. adalah cara orang-orang kalah
mewariskan rahasia
 
2020
 

 
mematuhi waktu
 
waktu mulai menggerutu dan
menjauhi aku sejak kupatahkan
nasihat orang-orang tua
tikus berlari membawa rahasia dari
gelap dapur. pikiranku ikut berlari
membawa rencana berkelana
 
kuberitahu,
belum saatnya aku patuh padamu!
sebab jejaruman dan detakmu masih
cemburu pada tabiat dan pikiranku
 
2020
 

  
menipis usiaku
 
tapi aku tak takut pada waktu
sebab para roh penunggu rumah
telah jadi sekutu aku
 
biar rahasia mengalir ke luar rumah
dan rerumor rasuk ke dalam sini
 
waktu akan beku begitu injak halaman
 
2020
ILDA KARWAYU

Tinggal di Terong Tawah, Lombok Barat. Mengajar Bahasa Inggris dan BIPA di Mataram Lingua Franca Institute (MaLFI). Pernah hadir sebagai salah satu emerging writers dalam Makassar International Writers Festival (MIWF) 2019. Antologi puisinya “Eulogi” (PBP, 2018), dan “Binatang Kesepian dalam Tubuhmu” (GPU, 2020). Belajar menulis kreatif di Komunitas Akarpohon Mataram, Lombok, NTB.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *