CandikataPuisiSastra

PAYUNG DAUN-DAUN

Puisi Wayan Esa Bhaskara

PAYUNG DAUN-DAUN
 
di bawah rimbun mentari
kami susuri dosa, sunyi
pada bentang lembar-lembar daun
 
kami gelombang gelisah
kau acak kata-kata, jadi entah
di antara kebun dan serakkan embun
 
di bawah payung daun-daun
kami susuri rumpun tubuh
seperti dulu, kau telan aku
aku pun begitu
rasanya akrab kukenal
hilang duka,
lekas panen kerinduan
  
(2020)
 
  
 
NASI GORENG
 
pagi di balik dapur, seporsi nasi goreng dihidangkan ayah,
wangi rempah sentuh hidung tanpa keluh
ia memastikan wangi garam, lada, dan sayuran setengah mentah
telah tercampur pula
 
pagi di ruang tamu, anak perempuan kekenyangan wangi masakan ayah
untung saja ia tak sampai sakit
ia meraba-raba hidungnya yang penuh keinginan, kepala penuh pengulangan
 
pagi di balik tutup nasi, sebuah mentimun dilupakan ayah
padahal rutinitasnya disantap bersama nasi goreng, dikunyah anak perempuan,
kejang-kejang di tenggorokan
 
pagi di kamar, anak perempuan siap-siap sarapan, sebelum memastikan ibu baik-baik 
saja, masakan ibu dan ayah sama saja
lupakan hari ibu
sebab urusan memasak tak hanya pekerjaan seorang ibu semata
 
(2020)

Wayan Esa Bhaskara bergaul di Komunitas Mahima, Singaraja. Puisinya dimuat Bali Post, Tribun Bali, Denpost, Pos Bali, majalah Wartam, ideide.id, dan tatkala.co Puisinya terangkum pula dalam beberapa antologi bersama. Menanam Puisi di Emperan Matamu (2018) adalah kumpulan puisi perdananya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *