MUSÉE DE CLUNY, PARIS: Mengunjungi Museum di Kala Pandemi

oleh Jafar Suryomenggolo

Usai penutupan umum akibat pandemi Covid-19, sejumlah museum di Paris dibuka kembali.

Prancis melakukan penutupan umum secara nasional sejak 17 Maret hingga 11 Mei 2020. Namun, baru pada akhir Juni beberapa museum mulai membuka pintu guna menerima pengunjung umum.

Menara Eiffel, misalnya, dibuka kembali pada 25 Juni. Museum Louvre dibuka kembali pada 6 Juli. Ini pun hanya beberapa bagian saja. 

Musée de Cluny (Museum Abad Pertengahan) dibuka kembali pada 29 Juni. Hanya beberapa bagian saja yang terbuka bagi pengunjung.

Sesungguhnya, Musée de Cluny ditutup total sejak Maret 2018 untuk proyek perbaikan. Proyek ini sendiri telah dimulai sejak Juni 2016 dan beberapa bagian museum ditutup.

Proyek berlanjut bertahap hingga Musée de Cluny ditutup total Maret 2018, dan diperkirakan baru akan selesai sepenuhnya Mei 2021. Kini beberapa bagian telah selesai diperbaiki sehingga museum ini dapat menerima pengunjung terhitung sejak 29 Juni 2020.

Jadi, pembukaan kembali Musée de Cluny adalah juga pembukaan bertahap usai penutupan total 2018 lalu. Karena itu pula, Musée de Cluny menjadi tujuan utama bagi banyak orang yang hendak melihat museum ini setelah dua tahun ditutup.

Pembukaan awal

Selama masa awal pembukaan, Musée de Cluny mengikuti petunjuk umum pembukaan sarana umum. Misalnya, pembatasan jumlah pengunjung museum. Pengunjung museum ini dibatasi hanya seratus orang, sehingga ada antrian.

Pengunjung yang telah melakukan reservasi daring diutamakan. Pengunjung wajib mengenakan masker selama berada di dalam museum dan menjaga jarak antarpengunjung. Pengunjung juga wajib mengikuti arah satu jalur di dalam museum dari awal hingga akhir (tidak bisa putar balik di tengah).

Di museum ini juga ada pembatasan jumlah orang di dalam beberapa ruangan. Misalnya, ruangan depan hanya untuk 10-12 orang, dan ruangan tengah hanya untuk 40 orang. Petugas museum menghitung dan membatasi jumlah orang di tiap ruangan.

Abad Pertengahan Eropa

Musée de Cluny khusus menyajikan koleksi barang-barang tentang, dan dari, Abad Pertengahan Eropa (abad ke-5 hingga abad ke-15). Sebagaimana kita ketahui, Paris punya posisi penting di Eropa pada masa Abad Pertengahan, baik sebagai kota perdagangan maupun keagamaan dan juga kesenian.

Koleksi barang-barang di museum ini tidak hanya berasal dari Paris (Prancis), tetapi juga seluruh Eropa. Oleh karena itu, Musée de Cluny adalah museum Abad Pertengahan terbaik di Eropa, dengan jumlah koleksi sekitar 23 ribu barang.

Berdiri sejak 1843, Musée de Cluny menempati dua bangunan utama: bangunan pemandian Romawi (dari abad ke-3) dan bangunan bekas biara (dari abad ke-15). Jadi, boleh dibilang, bangunan museum merepresentasikan Abad Pertengahan yang memang menjadi tema koleksi museum ini sendiri.

Bangunan pemandian Romawi (disebut Frigidarium) adalah satu dari empat peninggalan zaman Romawi (abad ke-1 SM hingga abad ke-4 M) yang ada di kota Paris. Pada zaman Romawi, Paris dikenal dengan nama Lutèce (Lutetia). Peninggalan zaman Romawi lainnya yang ada di Paris adalah bangunan Arena yang merupakan teater berbentuk setengah lingkaran, dan bangunan aqueduct yang merupakan saluran penyediaan air untuk masyarakat kota.  

pemandian_Romawi
Bagian dalam Pemandian Romawi (abad ke-3), dan patung Sérapis dari Italia (abad ke-4)

Mengunjungi Musée de Cluny adalah pengalaman berharga yang memperkaya pengetahuan kita akan Abad Pertengahan. Museum ini meruntuhkan gambaran umum Abad Pertengahan sebagai abad kegelapan, abad tanpa budaya, dan penuh penderitaan. 

Lewat koleksi yang ada, pengunjung justru diajak bertanya apakah gambaran tersebut hanya mitos yang menyederhanakan Abad Pertengahan. Ternyata Abad Pertengahan Eropa tidak sepenuhnya “gelap” seperti yang kita pelajari di bangku sekolah.  

Koleksi

Musée de Cluny membahas Abad Pertengahan dari berbagai segi: gaya makan dan penyajiannya, perawatan tubuh, budaya menulis dan membaca, kerajinan emas, seni berhitung, dan lainnya.

Selain itu, museum ini juga menampilkan rupa-rupa koleksi barang yang umumnya menjadi milik kelompok bangsawan pada Abad Pertengahan. Misalnya: dewangga (tapisserie/tapestry), perhiasan, patung, dan kerajinan gading gajah. Barang-barang tersebut tidak melulu bersifat keagamaan (ini juga salah satu mitos Abad Pertengahan!), tapi juga menampilkan sifat profan.

Dewangga adalah kerajinan permadani yang digantung menutup tembok (umumnya di ruang utama rumah). Paris memiliki koleksi lengkap dewangga Eropa dari Abad Pertengahan.  

dewangga_aritmetika
Dewangga “Aritmetika” dari Tournai, Belgia (abad ke-15). Perhatikan tokoh utama di tengah adalah perempuan.

Gading gajah termasuk barang mewah pada Abad Pertengahan. Selama masa abad ke-13 hingga akhir abad ke-15, Paris adalah pusat utama kerajinan pengukiran gading gajah, untuk memenuhi kebutuhan pasar di Eropa. Kerajinan pengukiran menjadi berkembang pesat.

kotak_gading
Kotak terbuat dari gading gajah, yang semua sisinya diukir (awal abad ke-14). Kotak ini dikenal dengan nama “L’assaut du château d’amour” (Menyerang Kastil Cinta) dengan ukiran yang menggambarkan rupa-rupa kisah percintaan.

Selama masa awal pembukaan ini, Musée de Cluny hanya menampilkan 70 barang koleksi. Termasuk juga, tetap menampilkan koleksi utamanya, yaitu serangkaian dewangga tak ternilai yang dikenal dengan nama “La dame à la licorne” (Gadis dan Unicorn).

La dame à la licorne” terdiri dari enam dewangga yang berasal dari Flandria (Belgia masa kini). Lima dewangga menggambarkan lima panca indera manusia (pengecap, pendengaran, penglihatan, penciuman, dan perasa) dan satu dewangga utama menggambarkan hubungan percintaan (À mon seul désir).   

dewangga_monyet
Gambar monyet yang berbeda-beda dari dewangga koleksi utama

Dari koleksi yang dimiliki Musée de Cluny, pengunjung bisa mengapresiasi Abad Pertengahan Eropa dengan lebih menyeluruh. Barang-barang seni Abad Pertengahan tidak melulu bersifat keagamaan. Ada juga yang bersifat profan.

Kehidupan masyarakat di Abad Pertengahan memang masih sepenuhnya bergantung pada kelas sosial, tetapi itu tidak berarti kehidupan sosial dan dunia seni selamanya suram.

Kita tentu menunggu-nunggu pembukaan penuh Museum Abad Pertengahan pada Mei 2021!

jafar_suryomenggolo
JAFAR SURYOMENGGOLO

bermukim di Paris, Prancis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *