Meditasi Batu | Sajak-Sajak Pulo Lasman Simanjuntak
RUMAH KEKAL rumah kekal di pinggiran kotamu dahulu milik sepasang pengantin bisu gemar bertarung ria menghamburkan arwah tersimpan dalam tanah sperma di depan pekarangan rumah saat ini rumah kekal itu tubuhnya sudah semakin tua rapuh dan nyaris rubuh kadang ada rintihan kelaparan di sana kadang ada kemiskinan luar biasa menjelma jadi penyakit menular tak kunjung sembuh lalu rumah kekal itu harus kembali kubangun di atas pasir dan batu karang tegar supaya ketika badai gurun datang ia tetap kokoh berdiri tegak lurus mampu tidurkan ujian iman berkepanjangan Jakarta, 27 Februari 2023 KORUPSI DI MEZBAH BAAL aku melihat kesedihan ratusan wajah ketamakan dipersembahkan di mezbah baal dibakar mata uang triliunan rupiah padahal kemiskinan dan kelaparan terus berhamburan di pinggir jalan persis orang-orang yang tak setia membayar pajak tahunan sambil menari-nari liar masih di mezbah baal disantap sembilan naga penguasa dan pengusaha rakus menghisap darah segar asset kemewahan dan kepelesiran dipamerkan untuk anak-anak generasi mendatang tak kunjung berpantangan suguhan makanan haram aku juga melihat kecemasan ribuan wajah putus asa dililit kenaikan harga pangan diikat utang piutang bunga bank berkilauan masa depan hanya ada di pintu gua kematian sampai kapan korupsi di meja baal akan berhenti? tanya puisiku yang membentur kaki para kapitalis tangan para oligarki entahlah, aku ingin terus menyelesaikan puisi biadab ini sampai semua dapat diselesaikan tanpa sogokan di pengadilan akhir zaman Jakarta, Jumat, 3 Maret 2023 AMARAH HARI KETUJUH amarah hari ketujuh meledak dari langit runtuh suara perbantahan mau berlabuh sampai menghempas daun pintu peluk dendam jadi satu memalukan untuk para tamu nyaris membutakan para jamaah karena lidah yang mengerikan jadilah tersumbat keras semua catatan kehidupan masa lalu manusia lumpuh ditonton ribuan mata liar berkerumun jadi binatang siap untuk disajikan di mezbah tubuh setan maka setelah itu sekumpulan nyanyian menyedihkan harus diselesaikan di mimbar kudus tergesa-gesa tanpa gitar terjual di tangan kanan kini tinggal sendirian sepotong penyesalan pengampunan yang dipaksakan tangisan yang tak berkesudahan menusuk bertubi-tubi sampai hari ini Jakarta, Senin 27 Februari 2023 PERJALANAN IBADAH sepanjang sejarah perjalanan ibadah ini yang kubangun sejak usia dinihari telah berulangkali batin tersakiti lewat seorang pengembara rohani pintar berbicara soal hitungan pergerakan matahari terbenam petang ataukah pagihari hari suci kembali terjadi setelah berdiskusi dalam sunyi dimulai dari dirinya sendiri harga diri dan emosi harus kubuang ke laut mati kenapa bumi lama harus berputar lagi, teriakmu membangunkan seisi penghuni surgawi membentuk khotbah airmata padahal tubuhmu kian kurus sampai menyusui tulang belulang doa berdarah karena terluka sedangkan aku di sini terus meratap-ratap entah kenapa- hati minta diperbaharui tentu saja dengan roh rendah hati Jakarta, 27 Februari 2023 TANAH TAK BERBUAH pada hari ketujuh amarah sudah disiram bahan bakar kecemasan ditusuk dari tulang-tulang tubuhmu menjelma jadi kepanikan yang kian lapar kita harus segera berangkat menuju rumah ibadah menyenangkan tepat waktu damai dan tenang langsung kutebang pohon percakapan untuk orang-orang paling terhina janda melarat ataukah anak-anak yatim piatu yang lahir pada tiang bangunan kepelesiran setelah itu ada kudengar kata-kata kasar sang mahaguru khatam ayat-ayat suci bertebaran tak berjarak penuh dendam nyaris bergumul airmata berdarah-darah berhari-hari kata batin jadi suatu pikiran penyesalan paling memalukan terkapar sampai di atas ranjang lalu manusia rohaniku terkubur rapi di hamparan tanah tak bertumbuh tak berbuah bahkan kini sampai membusuk bau racunnya terus menyebar ke pangkuan ibunda dan perempuan lansia masihkah kita jadi pasangan sehati dengan nama baptis tercatat pada kitab kehidupan semoga saja Jakarta, Selasa 21 Februari 2023 MEDITASI BATU pada akhirnya kutikam pertarungan berulangkali tanpa belati tajam amarah manusia lama meledak dari lautan paling dalam maka harus kuakhiri dengan meditasi batu untuk menabur suara ilahi di tanah yang berbuah tanpa harus melirik tabiat orang lain karena aku wajib menjadi manusia baru Jakarta, Selasa 21 Februari 2023

Pulo Lasman Simanjuntak dilahirkan di Surabaya 20 Juni 1961.Menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Publisistik (STP-Jakarta). Mulai mempublikasikan karya puisinya sejak tahun 1980-2023, dimuat di media cetak (koran dan majalah), media online, media sosial, serta majalah digital di Indonesia dan Malaysia. Karya puisinya juga telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal (1997-2021), serta 20 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia. Saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 yang akan diberi judul MEDITASI BATU (tahun 2023). Sekarang ini sebagai anggota komunitas sastra Dapur Sastra Jakarta (DSJ), Sastra Nusa Widhita (SNW), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Sahabat Sastera Kita (SSK, Sabah, Malaysia), Pemuisi Nasional Malaysia, Forum Sastra Asean, Sastra Indonesia-Asean, Komunitas Sastra Indonesia (KSI), Komunitas Dari Negeri Poci (KDNP), Bengkel Deklamasi Jakarta (BDJ), Senja Berpuisi, Hari Puisi Indonesia (HPI) dan sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP). Bekerja sebagai wartawan, dan bermukim di Perum Pamulang Permai I, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Photo by Ray Bilcliff: https://www.pexels.com/photo/red-and-brown-rock-formation-7760890/