KEPERGIAN IKAN-IKAN DARI PERMUKAAN | puisi-puisi Riska Widiana
KEPERGIAN IKAN-IKAN DARI PERMUKAAN Seekor elang menanggalkan sayap Ia tak lagi menaklukkan ombak Demi mengejar ikan Batu karang meninggi Jarak diciptakan waktu Di angkasa tinggi Ia mengembara jauh Memeram mimpi Entah kapan akan menetas Dahaga di dada Berwarna ungu Ikan-ikan tak lagi menyimpan rindu Pada tatapan tajam elang Mereka sibuk mengerami cinta Pada telur-telurnya hampir menetas Usia memakan tubuh Sayap demi sayap luruh Harapan menipis Di antara musim penceklik Ikan semakin jauh Elang sengsara Tewas antara pulau kerinduan Yang tak dapat ia bendung Riau, 2022 MENANAM MAWAR Di ladang penuh hama Kubersihkan segala gulma Daun-daun kering membusuk Dijadikan pupuk Air mata bertelaga Sebagai aliran untuk akar Agar bernapas Setangkai mawar kutanam Di dadaku yang lapang Setangkai lagi Di dadamu yang bidang Mawarku merona Mawarmu merana Mawarku mekar Mawarmu tanpa akar Sekarang angin hanya berhembus di sini Merontokkan satu persatu bunga itu Besoknya, ia berusaha kuat merekah lagi Meski daun-daun mulai menguning Riau, 2022 KELOPAK-KELOPAK MENJADI PENABUR WAFATNYA PERPISAHAN Di atas pusara itu Terpaksa harus kumakamkan namamu Dengan taburan bunga yang kutanam Andai kau tahu Betapa indah mekarnya Setiap pagi, aku tak bisa menahan senyum Berterima kasih pada matahari, musim dan waktu Menumbuhkannya dengan baik Bahagiaku adalah cahaya matahari yang hangat Kasihku adalah sejuk pagi yang bersih Tulusku ada embun yang jernih Setelah melewati banyak musim Kelopak indahnya Menjadi teman di atas pemakaman Segala rindu dan kenangan Hingga ia layu Maka kesedihanku adalah api Membakar segala mekar Memanaskan segala teduh Kecewaku adalah angin Merobohkan yang tegak Keikhlasanku adalah hujan Meredamkan segala kehancuran Riau, 2022 OMBAK BERKEJARAN DI MATAMU Ada tempias hujan hingga memukul tubuh laut ombak bergemuruh Mendesak pasir Menutup jejak kepergian Sepasang mata Menampung gemuruh laut Di ceruk pipi Begitu deras hujan Menenggelamkan matahari Gemuruh ombak di bola mata Menerjemahkan sakit di tubuh Juga pilu ditabuh dengan tabah Riau, 2022 MIMPI NELAYAN MELAUT, KEKECEWAAN MERAJUT Berkali-kali tuba tertumpah Ikan-ikan berpisah tubuh dengan ruh Udang mengakhiri hidup di batas air berombak Nasib menyerahkan takdir pada langit Jasad ditinggal pergi oleh jiwa yang membumbung Ketika mimpi para nelayan Menyapu lautan Membayangkan peruntungan Menghasilkan rupiah untuk membayar peluh Mereka menggulung jala dan membungkus kecewa Bekal dari laut menyempitkan rongga udara Di sungai itu Racun disebar Yang menebar adalah orang-orang sadar Lalu menyesal dengan pengakuan setengah sadar Besoknya kembali berulah Begitulah hingga dianggap wajar sungguh keserakahan menutupi kesadaran Mimpi tulus nelayan Menjadi kaca pecah Oleh orang-orang yang serakah Riau, 2022

Riska Widiana berdomisili di Riau, Kabupaten Indragiri Hilir. Aktif menulis tahun 2020 dan kini tergabung ke dalam komunitas menulis, yaitu Kelas Menulis Bagi Pemula dan Kelas Puisi Alit (kepul). Karyanya pernah termuat ke dalam media cetak dan online.
*Gambar Utama: Foto Indula Chanaka di Unsplash
Trimksih sudah diijinkan membaca puisi puisinya, sangat memberi ide.
Terima kasih kembali Karena sudah berkenan membaca kak