CandikataPuisiSastra

Ijabah Doa Rindu | puisi-puisi Yanuar Abdillah Setiadi

Ijabah Doa Rindu


Rindu melenggang kencang pada malam
yang sepi di sebuah lorong. Ia takut
sunyi akan membegalnya dan merampas
selebaran foto kekasih yang ada di dalam
tasnya. Rindu bergegas menuju keramaian
namun Ia merasa kosong di tengah kerumunan.
Lalu Ia membuka foto kekasih untuk mengobati
kehampaan hatinya dan mengucap doa.
“Tuhan dekatkanlah yang jauh dan jauhkanlah
yang hanya mampir sesaat”
Ia mengecup foto kekasihnya dan memejamkan mata.
Sesaat setelah membuka mata,
sayup terlihat kekasihnya sedang menyuapi seorang
wanita di seberang rumah makan. 
Lantas Ia menengadah dan melanjutkan
doanya
“Tuhan Engkau sebaik-baik Pengabul Doa”
Malam itu, 
Rindu memilih pulang dengan lapang dada.

Purwokerto, 2022



Mendaur Ulang Kesedihan


Di bangku-bangku taman sedih berceceran
Tak ada yang memungutnya selain
Seorang petugas kebersihan.
Sedih mengganggu keasrian dan keindahan kota
Maka perlu tindakan untuk mendaur ulang
kesedihan agar kota nyaman dipandang.
Sedih harus dilebur dalam mesin waktu 
diolah menjelma serbuk semangat yang 
tersaji dalam sebuah buku kisah-kisah
inspiratif orang sukses di zaman dahulu
yang hidupnya berteman karib kesedihan
agar menjadi pelecut bagi pemuda 
di masa kini. 

Kesedihan layaknya limbah yang memiliki nilai guna
jika didaur ulang dengan sempurna 
walau acap kali orang-orang menganggapnya hanya
sampah yang harus dibumihanguskan dari semesta.

Purwokerto, 2022



Keraguan Memberi Kepastian


Daun kering yang terkulai di batang pohon masih 
menunggu kepastian dari angin.
Apakah kecamuk angin akan menghempasnya
jatuh ataukah semilir hanya mengelusnya
supaya ia tak terjatuh dan tetap
patuh pada dahan yang telah rapuh.

Kisah daun kering tersebut adalah hikayat yang 
sering dialami para kaum hawa dalam dunia
nyata saat menanti kepastian seorang pria
yang hatinya masih terombang-ambing 
angin keraguan untuk memilih halal ataukah
batal. Keputusannya sungguh menegangkan
layaknya menonton laga final.

Purwokerto, 2022



Pancaroba


Sekarang bumi sedang dilanda musim bahagia
Pada musim ini hujan cinta merintik di seluruh
penjuru dunia. 
Cinta membasuh dosa-dosa manusia, Cinta
melarungkan bercak-bercak benci di jalan.
Tapi, terkadang musim bahagia juga dapat
mendatangkan petaka. Saat curah cinta
melanda bumi selama berhari-hari, terkadang 
manusia menjadi tamak terhadap cinta.
Manusia akan berbondong-bondong 
menumpuk cinta sesuka selera.
Maka di sinilah tuhan menciptakan musim 
derita agar manusia belajar bahwa segala
sesuatu di dunia diciptakan secara seimbang.
Bahagia dan derita adalah dua musim yang
melanda bumi manusia agar para
insan belajar bahwa setiap lara dan suka
hanyalah sementara.

Purwokerto, 2022



Ibadah Puasa


Puasa adalah sebuah kewajiban
bagi setiap makhluk.
Kepompong berpuasa agar menjelma kupu
yang indah
Unta berpuasa dan menyimpan cadangan 
makanannya di dalam punuk
Beruang berpuasa selama hibernasi
di musim dingin
Ular mampu berpuasa selama
setahun lamanya.
Katak berpuasa dari makan,
minum dan beraktifitas.
Para insan berpuasa dari makan,
minum, maksiat, dosa, prasangka, fitnah,
riya dan akhlak tercela. 

Semua bentuk puasa adalah manifestasi 
menahan diri dari segala buah duniawi
menabung untuk amalan yang kelak
akan dipetik dalam taman-taman surgawi.

Purwokerto, 2022



Mengeluh


Semua manusia modern bisa 
Menjalankan pekerjaan ini, 
tak perlu kreatifitas, tak perlu kerja keras
tak perlu kecerdasan, tak perlu ketekunan
Hanya perlu sedikit masalah 
Niscaya manusia akan mengeluh.

Purwokerto, 2022


Kau Mencinta, Aku Dicinta, 
Semua Orang Saling Mencinta

Tuhanlah penumbuh cinta,
Taburlah cinta dimanapun
bahakan dipemakaman.
Yang mati butuh cinta dari yang hidup
Yang hidup haus cinta
Yang hidup terlalu banyak pinta

Purwokerto, 2022
yanuar

Yanuar Abdillah Setiadi, lahir di Purbalingga, 01 Januari 2001. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab UIN Saifuddin Zuhri Purwokerto. Santri Pondok  Pesantren Modern El-Furqon Purwokerto. Karyanya telah tertulis di berbagai media diantaranya; Majalah An-Nuqtoh, litera.co, tajdid.id mbludus.com, ruangjaga.com, sukusastra.com, gokenje.id, geger.id, metafor.id, dan lamanriau.com. Juara 3 LCQN Pena Artas, Juara 3 LCPN Komunitas Tanjungisme, Juara 2 LCPTN Mannera.

*Gambar utama: Foto Ahmed Aqtai dari Pexels

One thought on “Ijabah Doa Rindu | puisi-puisi Yanuar Abdillah Setiadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *