Fasal Ranting Kering | sajak-sajak Imam Budiman
Fasal Ranting Kering ranting kering yang baru saja patah dan jatuh itu tidak sedang bunuh diri, ketika seekor betina merah yang dikasihinya, mengalihkan cinta kepada angin timur yang mengusap kepalanya setiap pagi. Ciputat, 2022 Amsal dalam Ayat 26 seekor nyamuk murung tanpa muasal tercipta dari urutan ba, ain, wawu, dhod, ta, yang sampai saat ini terperangkap dan berupaya mencari jalan keluar dari satu ayat yang tegak menentukan, membedakan, memisahkan, keberimanan penganut taat ajaran tuhan serta sinisme para penentangnya. Ciputat, 2022 Mata Senja dalam Kutukan Es Teh Manis Mata senja, 311 tahun bakda matahari lahir, bersangkar serah dan tiada berniat lepas dari kutukan dingin segelas es teh manis. sebaik-baik akuarium, ujarnya, tempat terumbu dosa imitasi dilebur hingga lumer, tuntas sebelum kematian menyalakan sirine di setiap desa dan irigasi. lalu, es teh manis itu dipesan seorang pengemis, 6 logam 500 rupiah diterima setengah hati oleh Mata senja. pengemis itu hanya membisu saja, juga tanpa menyesapnya, meski sedikit. "boleh sebentar aku memelihara 5 waktu, untuk anakku yang keburu ingin beli sepatu?" Mata senja cuma diam sejenak, agak terheran, mulai menerka-nerka, mengingat-ingat wajah si pengemis aneh yang tak asing baginya. "boleh kan ya? oh iya, anak saya dulu mirip kamu, berlampau-lampau zaman silam yang penuh haru. tenggelam tubuhnya di dalam segelas es teh manis yang kemudian, bagi saya, terasa hambar.” Ciputat, 2022 Pelajaran Mencintai Selahat Kamar Terakhir /I/ akhirnya saya telah berada di tempat ini, di balik basah gundukan tanah ini, antara derai air mata serta wangi aroma kamboja, mencintai sebuah kamar sunyi tanpa terang, tanpa empuk kasur dan ranjang. saya sendiri saja di sini. sepi. saya pun lebih mengerti bagaimana mencintai diri saya, lebih dari apapun saat ini. sungguh. /II/ saya merasa tenang dan nyaman. menanti-nanti hari yang telah ditentukan itu tiba. ke mana saya akan pulang? saya berdoa tak kenal henti, juga berharap doa-doa ampunan dikirimkan mereka terkasih. semoga nabi memberi syafaat tanda sayang. semoga Tuhan sudi memandang. /III/ saya telah berada di sini, di sepetak kamar milik saya yang paling hakiki. tak ada pintu. tak ada jendela. tak ada pula kamar kecil. ingat-ingat dan berkunjunglah sesekali. kita masih berkawan baik, bukan? juga kau, yang senantiasa saya cintai pagi, petang dan malam pada segenap penjagaan, cinta dan kasih sayang. kesetiaanmu masih sama seperti dulu, bukan? /IV/ saya ingin tetap berada di sini dan senantiasa merasa bahagia. tak perlu menangis atau sedih. sebab saya tentu baik-baik saja. tidur saya nyenyak dan tentram. setelah terjaga kelak, kita boleh jumpa; untuk sekadar saling menyimak surah-surah yang dulu pernah kita hafal, atau memasak pepes patin dan udang yang kita suka. /V/ sebelum kau benar-benar ingin menemui saya, ada baiknya kau berkunjung saja terlebih dulu sesekali. agar kau tak terkejut dan canggung. karena rupa kamar milikmu, juga apa-apa yang kaukenakan untuk membungkus tulang-tulangmu, semula wangi barus, putih bersih dan kelak akan kecoklatan sama persis seperti milik saya. Ciputat, 2022 Hanya Nama atas namamu, aku mencatat hal yang tak kausebut di sisa umurku, di waktu yang tinggal sebentar betapa harum cinta kita, meski tak senyata wangi bunga yang selalu berdoa di atas tanah pusaramu Ciputat, 2022

Imam Budiman, kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur. Menyelesaikan S-1 Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences. Semasa kuliah, turut aktif di Komunitas Diskusi dan Kajian Sastra Rusabesi.
Biografi singkat dirinya termaktub dalam buku: Apa dan Siapa Penyair Indonesia (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017); Ensiklopedia Penulis Sastra Indonesia di Provinsi Banten (Kantor Bahasa Banten, 2020); dan Leksikon Penyair Kalimantan Selatan 1930–2020 (Tahura Media, 2020). Puisi-puisinya tersebar di berbagai media cetak nasional seperti: Tempo, Media Indonesia, Pikiran Rakyat, Indopos, Majalah Sagang Budaya, Majalah Sastra Kandaga, dll. Buku kumpulan puisinya: Kampung Halaman (2016) dan Pelajaran Sederhana Mencintai Buku Fiksi (2021).
Photo by Marina Leonova: https://www.pexels.com/photo/stone-branch-and-paper-sheet-7486843/