Dari Susi Pudjiastuti hingga Made Taro di KEMBALI20
Situasi pandemi global memaksa Yayasan Mudra Swari Saraswati menunda festival tahunan Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) dan Ubud Food Festival (UFF). Yayasan nirlaba di Ubud ini kemudian menggabungkan elemen-elemen terbaik dari kedua festival tersebut dan menghadirkan KEMBALI 2020: A Rebuild Bali Festival (KEMBALI20) dalam bentuk digital sebagai perayaan sastra, seni, budaya, dan kuliner.
Bukan sekadar festival, KEMBALI20 merupakan perwujudan dedikasi bagi Bali dalam industri seni kreatif. Mulai 29 Oktober hingga 8 November, lebih dari 120 penulis, seniman, jurnalis, petani, chef, dan pegiat akan bergabung dalam deretan program menarik festival ini.
“KEMBALI20 memberikan kesempatan kepada siapa pun dari mana pun untuk menikmati Bali dengan cara berbeda. Melalui festival ini, kami ingin Anda melihat Bali dalam bentuk aslinya,” ujar Pendiri dan Direktur KEMBALI20, Janet DeNeefe. “Dari komunitas, alam, dan budaya otentik yang kerap tidak tersorot oleh publik, kami membagikan yang terbaik dari Bali.”
KEMBALI20 menghadirkan dua Teater Kuliner yang berbeda dari biasanya. Dalam “Teater Kuliner | Cooking Challenge: Ibu Susi & Chef Bart”, salah satu figur terbesar dalam industri perikanan Indonesia, Susi Pudjiastuti, akan memasak bersama chef internasional Bart van Olphen. Keduanya akan bekerja sama menyiapkan hidangan ikan tradisional Timur Tengah, Chraime, dalam tantangan memasak virtual yang menarik.
Selanjutnya, bintang rock Indonesia, Kaka Slank, juga menerima tantangan memasak virtual dari chef Aga Alvian. Masing-masing akan membuat burger vegan versi mereka sendiri dan menunjukkan kepada penonton bahwa menyiapkan makanan sehat juga bisa sangat menyenangkan.
Dalam deretan program musik dan seni, KEMBALI20 menghadirkan penampilan seniman sekaligus antropolog, Dewa Ayu Eka Putri, yang merespons puisi Namaku Sita sebagai penghormatan bagi almarhum penyair Sapardi Djoko Damono. Ada pula pembacaan lontar oleh I G. A. Darma Putra dan Ida Bagus Oka Manobhawa, perpaduan antara puisi dan tarian yang akan dihadirkan oleh Ni Ketut Putri Minangsari, dan dongeng yang akan dibawakan oleh pendongeng Bali sekaligus pelestari cerita rakyat, Made Taro, bersama putranya, Gede Tarmada.
Acara lainnya termasuk poetry slam, teater eksperimental, dan tarian dari komunitas Seni Napak Tuju, pembacaan buku Fall Baby (Kekasih Musim Gugur) oleh Laksmi Pamuntjak, pertunjukan yang menghadirkan Sun Eater, lima musisi Indonesia paling menarik yang terdiri dari .Feast, Hindia, Agatha Pricilla, Aldrian Risjad, dan Mothern yang menjadi bagian dari Antologi Matahari.
KEMBALI20 juga mengadakan pemutaran film yang tidak kalah menarik, dilengkapi sesi interaktif yang memberi kesempatan penonton mengajukan pertanyaan untuk sosok-sosok di balik pembuatan film yang ditayangkan. Festival akan menghadirkan film Our Mother’s Land, sebuah film dokumenter yang mengikuti perjalanan jurnalis Febriana Firdaus dalam menyoroti para wanita Indonesia yang bangkit untuk memimpin gerakan sosial menghadapi kekerasan, hukuman penjara, dan penghakiman dari masyarakat konservatif saat mereka berjuang untuk hak mereka.
Akan ada pula pemutaran film bertema kuliner seperti Delicious Rot yang menampilkan penjelajahan tim Parti Gastronomi ke delapan kota di Indonesia dalam wisata makanan fermentasi yang menggugah selera. Dalam film The Fruit Hunters yang juga akan ditayangkan, para penikmat film dapat bergabung bersama Adam Leith Gollner dalam perburuan buah langka yang menarik.
Bertekad untuk mendokumentasikan dan merayakan ketahanan dan kemampuan beradaptasi masyarakat Bali selama pandemi, tim Yayasan Mudra Swari Saraswati bersama videografer asal Bali, Wayan Martino, mengumpulkan kisah-kisah menarik dari pertanian hingga industri rumah tangga, yang dikemas dalam seri film dokumenter Stories from the Field.
Melalui seri film dokumenter Stories from the Field, penikmat film akan diajak mengunjungi Rumah Intaran yang dibangun oleh Gede Kresna dan menilik langsung dapur Pengalaman Rasa bersama Ayu Gayatri Kresna di Desa Bengkala, Buleleng. Tidak hanya itu, penikmat film juga akan diajak mengenal pertanian dan proses pengolahan biji kopi di Kintamani milik I Wayan Arca Bertayasa yang sudah dijalankan sejak tahun 1980, hingga mengikuti para pemuda Desa Pedawa, Buleleng, dalam melanjutkan tradisi pembuatan gula aren.
Penikmat film juga dapat mempelajari sifat sakral makanan tradisional bersama pemangku adat yang juga seorang chef, Jero Mangku Dalem Suci Gede Yudiawan atau Chef Yudi dari Desa Les, Tejakula, serta menelusuri pertanian vanili di Bangli bersama petani sekaligus pembuat film, Dwita J Ariana, dalam mengeksplorasi upaya-upaya untuk melibatkan komunitas lokal di pertanian vanili beserta uji coba dalam menghasilkan pendapatan selama masa pandemi. Lima kisah yang dirangkum dalam seri film dokumenter Stories from the Field akan ditayangkan perdana ke publik pada Sabtu, 7 November, dan Minggu, 8 November,
“Dengan bangga, kami menghadirkan Stories from the Field, yang menampilkan gambaran jujur dan indah dari masyarakat dan budaya Bali,” papar Janet DeNeefe. “Dari tahun pertama adanya Festival yang digelar oleh Yayasan Mudra Swari Saraswati, semua prakarsa kami didedikasikan untuk komunitas kami, dan kami pun melakukannya kembali tahun ini. KEMBALI20 ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kreatif di Indonesia, sembari tetap mempertunjukkan keberagaman budayanya ke hadapan dunia.”
Deretan program musik dan seni serta pemutaran film dalam festival KEMBALI20 dapat diakses secara gratis melalui situs web dan kanal YouTube @ubudwritersfest. Informasi lebih lanjut mengenai KEMBALI20 bisa didapatkan di https://www.ubudwritersfestival.com/.