CandikataCeritaSastraSeni

Cerita S. DIWAKAR

DUNIA

oleh S. Diwakar

terjemahan Arif Bagus Prasetyo

Seorang novelis menulis tentang novelis lain yang sedang menulis dua novel tentang dua novelis lain, yang salah satunya menulis novel untuk menebar kebohongan dan lainnya menulis novel untuk mencari kebenaran. Dalam empat-puluh-dua novel tentang empat-puluh-dua novelis yang ditulis oleh dua novelis itu, sejumlah novelis sama sekali tak menyadari kebohongan yang mereka tulis, dan sejumlah lagi sengaja menebar kebohongan, dan sejumlah lagi mencari kebenaran yang mereka tahu betul tidak bakal mereka temukan, dan sejumlah lagi menyangsikan kebenaran yang mereka temukan. Dan empat-puluh-tujuh novelis tersebut menulis lima-ratus-enam-puluh novel yang menceritakan seribu-lima-ratus-delapan-puluh-lima novelis, dan di antara seribu-lima-ratus-delapan-puluh-lima novelis itu, sejumlah novelis terus bersikap kekanak-kanakan meski telah menjadi tua dalam lusinan novel, sementara sejumlah lainnya (beberapa di antaranya perempuan) bersitahan pada sejumlah gagasan ideal berkat pendidikan Barat mereka, dan, seraya mengabaikan perkawinan dan kekhawatiran pihak keluarga, menjadi sosok-sosok pembaharu sosial dalam sekitar enam puluh novel, sedangkan lainnya memberontak demi cita-cita luhur mereka, atau demi bangsa mereka, atau demi egoisme mereka sendiri, dan mengobarkan revolusi menentang kemiskinan dan ketidakadilan dalam sembilan-ratus-dua-puluh novel, dan hanya satu novelis yang, dengan meninggalkan rumah dan keluarganya, menempuh perjalanan keliling negeri, berjuang demi kemerdekaan bangsanya dan menulis sebuah novel yang indah tentang novelis lain yang, seperti dirinya sendiri, meninggalkan rumah dan keluarganya, menempuh perjalanan keliling negeri, berjuang demi kemerdekaan bangsanya, dan akhirnya mati terbunuh. Tokoh utama novel lain karya seorang novelis lain, sosok yang berasal dari kota yang sama dengan novelis yang terbunuh itu, terus didera kesepian batin saat menekankan pentingnya subjektivitas, melupakan keberadaan novelis yang terbunuh itu dan menulis novel tentang dua-ribu-delapan-puluh-delapan novelis, yang pada gilirannya menulis lima-ribu-delapan-ratus-tiga-puluh-satu novel yang mengisahkan derita abadi kaum tertindas dan tiga-ribu-dua-ratus-enam-belas novel yang melukiskan dunia batin perempuan. Dalam sembilan-ribu-lima-puluh-tujuh novel yang ditulis oleh dua-ribu-delapan-puluh-delapan novelis tersebut, ada tiga-belas-ribu-tujuh-ratus-dua novelis yang dua-puluh-ribu-delapan-ratus-dua-puluh-sembilan novelnya mengisahkan tentang hanya satu novelis yang kendati berusaha menulis satu novel tentang satu novelis lain, gagal menyelesaikan satu novel itu, bertemu dengan satu novelis lain tersebut, dan dengan jalan membunuhnya, memeras seluruh novelis, termasuk dirinya sendiri, membilang tiga-belas-ribu-tujuh-ratus-satu, sembilan-ribu-lima-puluh-tujuh, dua-ribu-delapan-puluh-delapan, seribu-lima-ratus-delapan-puluh-lima, empat-puluh-tujuh, dua, satu, dan akhirnya mencapai sang novelis tunggal yang dikenal sebagai novelis segala novelis.

SOMATHANAHALLI DIWAKAR adalah sastrawan kontemporer India, tinggal di Bengaluru. Menulis dalam bahasa Kannada dan Inggris.

S. Diwakar (kiri) bersama Chit Oo Nyo dan Arif Bagus Prasetyo di Iowa City, Amerika Serikat, 2002.

Gambar Utama: Foto oleh Suzy Hazelwood dari Pexels

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *