CandikataPuisiSastraSeni

Catatan Kecil Ihwal Eksekusi | puisi-puisi Sholikin

Catatan Kecil Ihwal Eksekusi
  : Jembatan Kranggan 1948

Melintasi jembatan Kranggan
ruas arus yang mengalir itu; Sungai Progo 
menguapkan aroma kepedihan
menerbangkan ingatanku, jatuh 
di petala zaman yang bisu 

Kau menziarahi rimbun pemukiman
membuat sebuah gerbang 
bagi pejalan nasib yang sengsara
dengan gelap usianya

Jika hati saling berselisih di hadapan sabda
maka seperti ada yang membuntuti waktu
dengan bekal ngilu, merenggut paksa 
jantung mereka saban harinya; kematian

O, siapa yang tak menjerit?
mata terlilit kain hitam
seperti membawa seekor anjing
kau ikat lehernya menuju jembatan 
disambut dengan sebuah tembakan 
yang meriwayatkan air mata

Hari-hari melahirkan kecemasan 
yang akrab digauli, tak ada alamat bagi 
kebahagiaan, selain hanya sebuah buku
yang menampung ribuan nama
ditinggalkan sejuk nafasnya

Setiap 10 November, di jembatan itu
kami sajikan matang doa-doa 
dan sekantung bunga-bunga
bertabur hangat matahari dhuha
berharap perjuangan ini mengalir ke urat nadi
dan teduh dalam naungan puisi

2021


Wajah Matahari

 
Adalah lengkara
usia yang mekar
waktu memetik kebahagiaan
dan nasib mampu berdiri tanpa wajah matahari?

barangkali kau mesti menampung air matanya
yang tercipta dari bisingnya kota
sebab saat derita merajai tubuhmu
ia datang menggenggam doa-doa
meniupkannya di sebuah lubang 
yang riuh akan kekacauan
: hati 

telah ia telan pahit nasib
dengan kesepian cinta
serta rindu yang memaksa diutarakan
sedang mimpimu lebih dulu minta dialamatkan

mestinya kau bunuh kesepian itu
barangkali dengan mematahkan jarak
lalu memasang tiang keteguhan
tempat ia menaruh pikirannya yang nanar
maka berlabuhlah ke pangkuannya
hibur malam-malamnya yang demam
seperti kau menghiasi ruang mimpi 
dengan kerlap-kerlip puisi

2021


Potret Tengah Malam

: Hafidah

Aku mengingatmu kasih
saban kali kerinduanku menyelami
lautan malam, yang dipenuhi
lumut kenangan

tubuhmu: harta karun yang ingin aku miliki
meski sekerat waktu 
aku pernah angslup di dalamnya—tak ingin keluar
kau kirimkan aku debar
semacam perlawanan, agar memperpanjang permainan

tapi hari ini
kata-katamu gegas mengunci perasaan
ke mana air mata hendak dilayarkan?

ada yang menghantui tidurku
piawai memainkan isi kepala
yakni potret dua intan di dada
yang setia kau suguhkan di malam buta

Kuala Dua, 2021


Kontinum Batin


kesedihanmu bagai reruntuhan batu
lelaki yang senantiasa 
menuangkan segelas nasihat, kini 
menyisiri kesunyian panjang

kau habiskan waktu, berbaur dengan sepi
membicarakan 
masa depan, yang mesti butuh asupan, agar 
kelak tumbuh riang

sedang kekasih, disadap udara
saat mendaki cinta
dari arah yang tak tampak hatimu

dari luar jendela
kau tatap nyalang malam
yang seakan menerkam matamu

2021


Notifikasi Malam


air mata merembes di meja makan
dari almanak pertemuan
kata-kata terkunci
waktu berganti kulit

aku meneguhkan diri
untuk menengok masa depan
serta mengajakmu berenang, di
sungai yang mengalir tenang
dengan perahu keimanan

kau dengar detak jantungku
yang melesat bersama doa-doa
dan gemetar dada yang seakan
meneriakan harapan

di malam yang buram
perasaanmu mengoyak
mimpiku yang azam

2021

Sholikin, lahir 23 Juni di Pontianak, Kalimantan Barat. Puisi-puisinya pernah dimuat di pelbagai media daring dan cetak, seperti Radar Cirebon, Radar Madiun, Pontianakpost, Borobudurwriters.id, Ma’arif NU Jateng, Majalah Puisipedia, Mbludus.com dll.  Antologi Bersama: “Khatulistiwa” (DNP11), “Bung Hatta” ( U.Islam Labuhanbatu), “Kopi” (Seni Sastra Budaya Sumba), “Manuskrip Bintoro (Kepul), “Suatu Hari Dari Balik Jendela Rumah Sakit” (RSUP SANGLAH) dll. Sekarang aktif di Kelas Puisi Bekasi (KPB) dan Kelas Menulis Daring (KMD Elipsis). Bisa disapa di Instagram @likin666 dan FB Likin At Tamimi.

Gambar Utama: Foto Jr Korpa di Unsplash.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *