MusikSeni

BALI LIVE ON NATURE: Bernyanyi di Haribaan Alam

MCast Pregina Showbiz Bali mempersembahkan konser musik bertajuk “Bali Live on Nature”. Dengan metode penggarapan tayangan live tapping, program ini dirancang untuk dapat dinikmati masyarakat luas melalui Youtube.

Pertunjukan “Bali Live on Nature” diproduksi di berbagai kawasan wisata Bali yang mengedepankan keindahan alam dan warisan budaya. Didukung Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif, program musik ini diniatkan sebagai upaya kreatif di tengah situasi sulit untuk menjaga semangat dengan spirit kebersamaan dan energi kebijaksanaan.

“Bali Live on Nature” juga bertujuan mempromosikan pariwisata Bali untuk target domestik maupun internasional. Tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19.

“Tayangan ‘Bali Live on Nature’ berdurasi 60 menit. Berisi persembahan garapan musik di kawasan live on nature oleh kelompok seni atau band serta talkshow mempromosikan destinasi wisata,” papar Agung Bagus Mantra, S. Par., pendiri Bali Live In Nature. “Ditampilkan juga persiapan penerapan protokol kesehatan untuk menerima wisatawan mancanegara saat kondisi global sudah dibuka nanti.”

Teluk Pemuteran Buleleng

Episode pertama “Bali Live on Nature” disajikan dari Desa Pemuteran, Buleleng, Bali Barat.

Pemuteran adalah desa pesisir yang sejak 1990-an menerapkan konsep pariwisata berbasis lingkungan dan masyarakat. Desa ini telah memenangi berbagai penghargaan pariwisata dan lingkungan tingkat dunia, seperti UNDP Equator Prize, UNWTO, WTTC, dan PATA GOLD AWARD. Tahun ini, Pemuteran terpilih masuk dalam 3 besar International Green Destination Award (Nature Award) setelah bersaing dengan ratusan destinasi pariwisata di seluruh dunia.

Pemuteran memiliki perjalanan panjang dalam meniti proses transformasi pariwisata berbasis lingkungan dan masyarakat. Ratusan struktur terumbu karang dengan metode biorock yang telah tumbuh dan berkembang menjadikan kawasan desa ini hidup kembali dan memberi manfaat langsung kepada masyarakat serta lingkungan.

Berlatar kawasan Bukit Ser dan Bukit Kursi Pemuteran, episode perdana “Bali Live on Nature” menampilkan sejumlah musikus ternama Bali. Ada Bali Blues Brothers, Agung Ocha, dan Gusagung Gautama.

Merupakan perwakilan beberapa band di Bali, Bali Blues Brothers adalah kelompok musik duta promosi Bali. Inilah band pendiri Bali Blues Fest yang telah menyelenggarakan ajang internasional Bali Blues Festival sejak 2015.

Bali Blues Brothers kerap tampil di festival internasional seperti Byron Bay Blues Fest, International Bali Blues Fest, serta tour Eropa seperti di Belanda, Hannover, Berlin, Frankfurt, dll. Band ini membawa misi budaya melalui musik dan mempromosikan Bali.

Bali Blues Brothers beranggotakan Agung Bagus Mantra (drum), Krisna Dharmawan (gitar), Sandi Lazuardi (saksofon), Bobi Dinar (vokal), dan Gde Kurniawan (bas). Mengusung genre Blues dan World Music, band ini berkolaborasi dengan Gus Teja, seorang komponis musik tradisi Bali yang telah mendunia dengan album World Music-nya.

Tampil pula Agung Ocha, penyanyi yang sangat dikenal di Bali dengan tembangnya yang berjudul “Taksu”. Ocha bergabung dengan Dewa Budjana dalam kelompok Nyanyian Dharma. Ia kerap melakukan tour budaya di kawasan Gangga, India, untuk memperkenalkan budaya Bali dan menarik minat wisatawan India berkunjung ke Pulau Dewata.

Penyanyi lain yang terlibat adalah Gusagung Gautama. Pendatang baru dalam industri musik di Bali, Gusagung baru saja menyabet posisi kedua dalam ajang pencarian bakat The Voice Indonesia 2019. Pria kelahiran Sanur ini masih tercatat sebagai mahasiswa Universitas Udayana.

Dalam episode selanjutnya, “Bali Live On Nature” direncanakan hadir dari berbagai daerah tujuan wisata lainnya di Bali, seperti Taman Ujung Karangasem, Taman Ayun Mengwi, Sanur, Uluwatu, dsb. Artis yang tampil juga beragam, seperti Ayu Laksmi, Balawan, Nyanyian Dharma, Joni Agung & Bali Reggae Movement, serta komunitas seni pertunjukan lainnya.

“Program ini diharapkan dapat terus berlangsung di berbagai kawasan alam yang indah dan memiliki kekuatan heritage di Bali, serta mempersembahkan berbagai seniman di Bali sebagai bentuk recovery kebangkitan semangat berkarya dan berkebudayaan dalam masa pandemi. Sekaligus mempersiapkan diri untuk persaingan global nantinya yang belum dapat kita prediksi akibat pandemi yang diharapkan segera berakhir,” pungkas Agung Bagus Mantra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *