Andai Freud Membaca Buku 1000 Tafsir Mimpi | Puisi-Puisi Budhi Setyawan
Andai Freud Membaca Buku 1000 Tafsir Mimpi setelah kepergiannya freud baru tahu ada kitab 1000 tafsir mimpi yang isinya tak jauh beda dengan analisis mimpi dulu keburu ada yang menjemput dan tak sempat dirunut barangkali jika ia tahu sebelumnya lalu ia mencoba pasang angka angka dengan otak atik rumus mistik tersendiri yang rutenya melebihi labirin dari misteri kord dan ilusi dari komposisi musik klasik dan menguasai langit langit akustik mungkin akan ditulisnya, ternyata ada hasrat lain yang lagi lagi mendesak adanya ada gambar pertapa yang bukan dari gua tetapi hidupnya di apartemen kota ada gambar putri duyung yang tak murung karena telah menjadi model iklan menari demikian menarik hingga menyusup ke bawah sadar dan membuat pergerakan menghipnotis pada keputusan keputusan yang acap bikin keputusasaan dan merebakkan histeria saat meleset dan tak kena bagaimana ledakan debarnya lebih dari kecamuk perang dunia pertama amsal hanya selisih satu angka atau terbalik dalam menuliskannya seperti tendangan penalti membentur mistar seperti pukulan golf jarak pendek yang kelebihan seperti tertolaknya panah asmara inginnya segera diselesaikan saja di kamar mandi ada sampo mentol selalu setia menanti dan betapa bahagianya bila tembus rasanya seperti penyair yang dapat menghidupkan sebuah kata yang lama tertidur di kamus seperti petarung yang pulang dari penaklukan seperti pencinta yang mengunduh ekstase seperti manusia yang sedang menjalani peran dewa di atas angin dan melayang ke dunia lain kalau boleh kutanya apa gambar hidup yang muncul di mimpimu semalam apakah potret diri dengan libido yang bodoh dan diperangkap teori psikologi berapa kode bilangannya atau kau malah tak tidur semalaman bertengkar dengan oedipus di dalam tubuhmu karena di sini ia kalah keren dengan kisah watugunung yang lebih bergaung Bekasi, 19 Juni 2021 Saat Sebuah Grup Musik Mau Latihan Lagu Baru setelah lama tenggelam di tumpukan rencana, sebuah band yang berisi personil kawan sepermainan dan sekampung lain halaman. mereka berniat menembus blantika musik yang sebenarnya lebih mirip dengan sarang brutal tempat berkubang para bajingan ekonomi bermasker seni dan mafia pasar. vokalis sudah siap memulai memberi aba aba, tiba tiba gitaris bertanya: ini mulainya dari kunci apa? vokalis menjawab: dengan kunci jawaban soal ujian sekolah tahun kemarin atau bocoran ujian tahun ini yang tak mungkin terjadi kalau tak melibatkan orang dalam. kibordis pun bertanya: ini temponya bagaimana? dengan kalem vokalis menjawab: ya tempo tempo dapat hasil tempo tempo kosong melompong seperti pipa panjang yang dingin dan bengong. namanya rezeki siapa yang bisa tahu kapan dan di mana terbitnya. drummer pun ikut menimpali: lalu ketukannya berapa ini? vokalis tetap dengan ceria mengatakan: seperti ketukan di rumah pacar yang di dalamnya si dia sedang bersama dengan pasangannya. atau kalau mau lambat ya seperti ketukan pemalas yang meminta sumbangan ke rumah warga dengan bekal kata kata manis dari buku agama. tak ketinggalan bassis pun unjuk suara: ini pola bass mau dengan model apa? kali ini vokalis menjawab dengan setengah tertawa: dengan model yang cantik dan seksi meski itu hasil operasi plastik yang kemudian diviralkan sebagai publik figur sering berbagi sembako pada penghuni di wilayah kumuh kota. saya yang mendengar percakapan mereka, cukup khawatir juga. jangan jangan mereka malah bubar sebelum memainkan satu lagu pun, apalagi berpikir tentang sebuah album. tetapi layak ditunggu bagaimana kiprah lawakan mereka yang serius, nantinya. Bekasi, 28 Maret 2021 Puisi adalah Rasa Gatal puisi adalah rasa gatal yang hebat di palung lipatan tubuhmu yang tersembunyi sementara kau sedang berada di pertemuan penting yang acap turut terbit pening lalu kau pun pamit ke belakang berjalan ke depan sambil menahan letup letup panas yang meruyak seperti tergelar lapik berapi di celah sempit yang menghimpit tiba di sebuah sepi kau menengok ke kanan dan ke kiri memastikan keadaan aman dan terkendali kau pun mengggaruk dengan terburu lalu berganti perlahan dan hati hati sepertinya teramat menikmati dan sulit mengakhiri pengalaman ini tak mudah kau ceritakan kecuali kepada yang memang sehobi terkadang kau pura pura menggerutu padahal kau ketagihan dan akan mengulanginya lagi, nanti Bekasi, 21 Maret 2021 Di Seputar Areola kota kota tetap merengek seperti bayi yang tak rela disapih puting susu ibunya dan terus kirimkan tatapan seperti lugu di banyak gambar iklan mainan dan segala gerak yang kerap dipaksakan mau mengaku sebagai bayi kekinian terlucu meminta ciuman hingga kegelian dan mungkin ketagihan laki laki yang melesat menua serupa kekagetan kota yang telah menjelma wilayah riuh urban adalah juga migran dari lambai haru masa kecilnya dan tak kuasa menahan ronta untuk sesekali mudik pada kekenyalan dan gairah permainan yang bisikkan hirup dan hisap udara harum silam hingga betah berjibaku sampai lupa waktu di lingkar cuaca temaram coklat kehitaman kota kota masih saja kirimkan jilatan dan lumatan bukan sebagai bayi atau orang tua tetapi sebagai remaja nakal yang bangkit dengan napasnya yang lucah kuyup memburu diri ke lereng bukit bukit terbuka sebelum musim di esok hari bangkrut tertelungkup Bekasi, 6 Juni 2021 Zakia zakia zakia penari gurun pasir ternama* suara penyanyi itu, perempuan penyihir yang mengubah malam jadi kamar temaram dan aku hilang nalar tatap matanya adalah lampu yang mengerlipkan geliat dan panggilan mari ke sini sayangku, berdua kita hentikan waktu suara seruling pun meloloskan angin nakal yang menyingkap sedikit demi sedikit musim bagi pertukaran napas dan getar bunyi gendang mendorong hentakan pinggul menjadi badai yang menggoyangkan kata kata hingga mewujud tarian ah ah di keharuan berjela bibirnya adalah ranum anggur dan zaitun yang basah melumasi pikiranku hingga terperangkap untuk terus mengejarnya lewat bermacam nada seperti musafir yang menempuh riwayat tahun kulihat tubuhnya oase segar dan rumputan subur unta dalam diriku bergolak meronta hendak mencebur o, irama lagu itu teramat kenyal lariku memburu sampai tersengal gemanya menjadi joget di bar dan di sana tak ada yang barbar sayang hanya sepintas zakia lalu menghilang kini hanya tinggal kenangan* Bekasi, 2 April 2021 *petikan lirik lagu dangdut yang dinyanyikan Achmad Albar. Gitar: Ian Antono. Ganar Malam Minggu doa doa telah menua di antara dada kota yang selalu remaja lagu lama serupa igauan dalam tatapan lampu lampu jalan kesepian siapa menunggu siapa bertemu sementara ruang urungkan tanya dikepung kepingan peristiwa lalu mau ke mana kata kata terabaikan dan terlunta kalimat kalimat tak lagi melumat masing masing saling asing musim dingin mengembus di tengkuk puisi gigil cuaca meraba lekuk sangsi Bekasi, 4 Juni 2021 Aku Gitarmu, Lelakiku seorang perempuan yang jika ikut lomba kecantikan dapat nilai tujuh berjalan menyusuri malam biru dengan berkerudung rindu di perempatan kemasygulan ia menemukan sebuah buku berisi syair lagu lagu lengkap dengan kord gitar yang unik dan menyimpan getar belum sempat membaca banyak isi dari buku itu, ia kaget di depannya ada lelaki tinggi bernilai enam dengan kumis tipis dan sedikit brewok seperti semut berbaris berambut ikal gondrong persis gaya musisi rock tahun delapan puluhan (idaman diam diam para perempuan) lelaki itu bilang, itu bukuku tadi terjatuh waktu aku mengejar kenangan yang lihai berlari dan menghilang di tikungan dan perempuan itu berucap, aku baru saja menemukan partitur sebuah masa depan yang begitu kekar dan menggairahkan apakah kita akan bernyanyi jangan, karena aku tak mau ada lagi kata kata yang hanya bisa bercanda di ruang andai dan umpama aku kini gitarmu petik dan mainkan aku dengan cabikan dan distorsi sesukamu siang dan malam berulang memanjang hingga kita menjelma instrumentalia menghunjam gebu menjadi irama dalam napas waktu Bekasi, 3 April 2021

Budhi Setyawan, atau Buset, lahir di Purworejo, 9 Agustus1969. Mengelola komunitas Forum Sastra Bekasi (FSB) dan Kelas Puisi Bekasi (KPB), serta tergabung dalam Komunitas Sastra Kemenkeu (KSK) dan Komunitas Sastra Setanggi. Bekerja sebagai dosen. Saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.
Gambar Utama: Foto Ricardo Gomez Angel di Unsplash