AKU MEMANGGILMU TUBUH | puisi-puisi V (Eve Ensler)
Terjemahan Iwan Nurdaya-Djafar
Aku Memanggilmu Tubuh Aku memanggilmu tubuh Aku memanggilmu perut dan mulut dan payudara dan vagina dan pinggul dan pantat dan paha Aku menyebutmu sel darah otot, air liur urat Aku memanggilmu bisep tulang daging dan punggung Aku menyebutmu tubuh para buruh perempuan Tubuh perawat dan pelayan Petani dan ibu dan pengasuh Tubuh yang membersihkan kekacauanmu Dan mengusap pantatmu Mengoleskan salep pada luka tempat tidurmu Menyajikan panekuk dan kopi burukmu Pada pukul 3 pagi Tubuh yang menghabiskan setiap hari menyayangi anak-anakmu sehingga kau dapat bepergian Dan memberikan pidato Tubuh yang menjahit lengan pada blus mewahmu menyapu lantai kafetaria tempat anak-anakmu belajar. Tubuh yang dilahap Tubuh yang tak terlihat Tubuh yang tak dibayar Tubuh yang membawa 50 kilo karung singkong, beras dan tebu Tanpa alas kaki di lumpur yang licin Tubuh yang kini melengkung Tubuh yang tegang Tubuh yang membungkuk Tubuh yang dijual melintasi perbatasan Tubuh yang dipaksa untuk tidur di belakang truk di kandang anjing Di bawah TV Tubuh para migran Tubuh-tubuh yang lapar Tubuh yang dipaksa masuk ke gedung-gedung yang nyaris runtuh Tubuh yang tergores, terampas, tercekik, terbunuh Terpapar pada yang tak diinginkan tak terduga bahan kimia jam penis Tiada sarung tangan tiada masker tiada perlindungan Dari sinar mentari Atau bos atau mandor atau Presiden Tubuh-tubuh yang dipaksa berdiri Selama berjam-jam Upah dikurangi karena buang air kecil dihukum karena hamil Tubuh cacat dan memalukan diikat dan dipotong dirajam dan dibakar diserang dan dilecehkan tubuh-tubuh yang diejek, diancam berlumuran darah dan robek mayat-mayat di lapangan de calzón daerah pertempuran celana dalam celana-celana dalam yang berdarah Tubuh yang mengamuk Tubuh yang siaga Tubuh yang takkan dibungkam atau berisi tubuh-tubuh saling menemukan tubuh bergerak menari naik berputar pada para tiran dan para predator utama menginjak mereka yang memecah belah kita dan melalui Perpecahan membuat kita kian berkurang dan lemah menjangkau orang-orang yang difitnah, dibantai, diserang, diganggu di jalanan melawan semua bom yang sedang disiapkan oleh para pembunuh bayaran perusahaan untuk dilepaskan Tubuh mengatakan tidak pada keangkuhanmu tidak pada kebencianmu Tubuh bernapas dalam-dalam ke setiap jalan suci Tubuh-tubuh mempertarikan keamanan Aku Makhluk Perasa Aku suka menjadi seorang perempuan. Aku bisa merasakan yang kaurasakan seperti kau merasakannya di dalam perasaan sebelumnya. Aku makhluk perasa. Hal-ihwal tak datang kepadaku sebagai teori intelektual atau ide-ide berparas keras. Mereka berdenyut melalui organ dan kakiku dan membakar telingaku. Aku tahu kapan pacarmu benar-benar kesal meskipun dia tampaknya memberimu yang kamu ingin. Aku tahu kapan badai akan datang. Aku bisa merasakan gejolak yang tak terlihat di udara. Aku dapat memberitahumu bahwa dia tidak akan menelepon kembali. Inilah getaran yang kubagikan. Akulah makhluk perasa. Aku suka bahwa aku tak menganggap enteng. Semuanya mendalam bagiku. Caraku berjalan di jalanan. Cara ibuku membangunkanku. Caraku mendengar kabar buruk. Cara itu tak tertahankan kala aku kalah. Akulah makhluk perasa. Aku terhubung dengan segalanya dan semua orang. Aku terlahir seperti itu. Jangan berani-berani mengatakan semua negatif bahwa itu adalah soal perempuan atau itu hanya karena aku perempuan. Perasaan ini membuatku lebih baik. Perasaan ini membuatku siap. Perasaan ini membuatku hadir. Perasaan ini membuatku kuat. Akulah makhluk perasa. Ada cara tertentu untuk mengetahui. Sepertinya wanita yang lebih tua entah bagaimana lupa. Aku bersukacita bahwa perasaan itu masih ada di tubuhku. Aku tahu kapan kelapa akan jatuh. Aku tahu bahwa kita telah mendorong bumi terlalu jauh. Aku tahu ayahku takkan kembali. Bahwa tidak ada yang siap untuk api. Aku tahu bahwa lipstik berarti lebih dari pertunjukan. Aku tahu bahwa anak laki-laki merasa sangat tidak aman dan yang disebut teroris dibuat, bukan dilahirkan. Aku tahu bahwa sekecup ciuman dapat dilakukan untuk menghilangkan semua kemampuan pengambilan keputusanku dan adakalanya, kau tahu, itu seharusnya. Ini tidak ekstrem. Ini adalah soal perempuan. Kita semua akan menjadi apa? jika pintu besar di dalam diri kita terbuka. Jangan katakan padaku untuk tidak menangis. Untuk menenangkannya Jangan terlalu ekstrem Agar menjadi wajar. Akulah makhluk perasa. Begitulah cara bumi berbuat. Betapa angin terus menyerbuki. Tak kau beritahu samudra Atlantik berperilaku. Akulah makhluk perasa. Mengapa kau ingin menutup diriku? atau mematikanku? Akulah sisa ingatanmu. Kuhubungkan kau ke sumbermu. Tak ada yang diencerkan. Tiada yang bocor. Aku bisa membawamu kembali. Aku suka bahwa aku bisa merasakan bagian dalamnya terhadap perasaan di dalam dirimu, bahkan jika itu menghentikan hidupku bahkan jika itu terlalu menyakitkan atau membawaku ke luar jalur bahkan jika itu menghancurkan hatiku. Itu membuatku bertanggungawab. aku perasa Aku seorang perasa, berbakti, makhluk tak bersyarat. Dan aku suka, dengarkan aku, suka suka suka menjadi seorang perempuan. Doa Lelaki Semoga aku menjadi seorang lelaki. Yang memiliki keyakinan yang berasal dari kedalaman pemberianku. Yang mafhum bahwa kerentanan adalah kekuatan terbesarku. Yang menciptakan ruang alih-alih menguasainya. Yang lebih menghargai mendengarkan ketimbang peuuh rahasia. Yang mencari kebaikan di atas kendali. Yang menangis kala kesedihan kelewat banyak. Yang menolak tamparan, pistol, tersedak, penghinaan, pukulan. Semoga aku tidak takut tersesat. Semoga aku lebih menghargai sentuhan dibanding kinerja. Dan pengalaman lebih daripada tiba di sana. Semoga aku bergerak perlahan, tidak mendadak. Semoga aku cukup berani untuk berbagi ketakutan dan rasa malu. Dan menghimpun orang lain untuk melakukan hal yang sama. Semoga aku berhenti berpura-pura dan membuka bagian diriku yang sudah lama mati rasa. Semoga aku menghargai, menghormati, dan mencintai ibuku. Semoga gema cinta itu diterjemahkan untuk mencintai semua wanita dan makhluk hidup. Cinta.
Eve Ensler (lahir 25 Mei 1953), juga dikenal secara mononim sebagai V, adalah seorang penulis drama, aktor, feminis, dan aktivis Amerika. Ensler terkenal karena dramanya The Vagina Monologues. Pada tahun 2006 Charles Isherwood dari The New York Times menyebut The Vagina Monologues “mungkin bagian paling penting dari teater politik dalam dekade terakhir.” Pada tahun 2011, Ensler dianugerahi Isabelle Stevenson Award saat ualng tahun Tony Awards ke-65, yang mengakui seorang individu dari komunitas teater yang telah memberikan kontribusi substansial atas waktu dan upaya sukarela atas nama kemanusiaan, layanan sosial, atau organisasi amal. V diberikan penghargaan ini atas kreasi nirlabanya, gerakan V-Day yang mengumpulkan uang dan mendidik masyarakat tentang kekerasan terhadap perempuan dan upaya untuk menghentikannya. V adalah feminis besar dan militan. Pada 2010, lebih dari 5.400 program V-Day berlangsung di lebih dari 1.500 lokasi di AS dan di seluruh dunia. Pada 2014, gerakan V-Day telah mengumpulkan lebih dari $100 juta dan mendidik jutaan orang tentang masalah kekerasan terhadap perempuan dan upaya untuk mengakhirinya, membuat kampanye pendidikan, media dan PSA internasional, meluncurkan program Karama di Timur Tengah, membuka kembali tempat penampungan, dan mendanai lebih dari 12.000 program anti-kekerasan berbasis masyarakat dan rumah aman di Republik Demokratik Kongo, Haiti, Kenya, Dakota Selatan, Mesir dan Irak.

Iwan Nurdaya-Djafar adalah penyair, cerpenis, esais, dan penerjemah, tinggal di Bandarlampung. Sekretaris Akademi Lampung ini menulis di sejumlah media massa seperti Horison, Ulumul Quran, Sarinah, Amanah, Republika, Pikiran Rakyat, Lampung Post, dll. Buku-bukunya Seratus Sajak, Bendera (kumpulan cerpen), Hukum dan Susastra, menerjemahkan karya-karya Kahlil Gibran yaitu Sang Nabi, Bagi Sahabatku yang Tertindas, Kematian Sebuah Bangsa, Airmata dan Senyuman. Terjemahan lainnya novel Lelaki dari Timur (Mohsen El-Guindy), Membeli Setangkai Pancing untuk Kakekku (kumpulan cerpen Gao Xinjiang), Agustus 2026: Saat itu Akan Turun Hujan Gerimis (kumpulan cerpen Ray Bradbury), Indonesia di Mata India: Kala Tagore Melawat Nusantara, Nusantara Semasa Raffles, Beliung Patah (kumpulan puisi Fethullah Gullen), Pada Getar Pagi (kumpulan puisi Maya Angelou), Diwan Timur-Barat (kumpulan puisi Johann Woflgang von Goethe), dll.
*Gambar utama: Foto Hulki Okan Tabak di Unsplash.